• Senin, 22 Desember 2025

Darurat! Penganiayaan Santri Berujung Kematian Merajalela, Bagaimana Dalam Perspektif Kesehatan Dan Islam?

.
- Jumat, 10 Januari 2025 | 05:43 WIB
Ilustrasi kekerasan. (Foto: Freepik)
Ilustrasi kekerasan. (Foto: Freepik)

Bukan hanya perundungan, kekerasan seksual juga banyak terjadi di lingkungan pesantren. Contohnya adalah empat santri pondok pesantren di Tempuran, Magelang menjadi korban pelecehan seksual oleh pengasuh ponpes tersebut. Lalu, seorang santri juga diduga menjadi korban kekerasan seksual sesama jenis oleh seniornya di pondok pesantren yang berlokasi di Kamang Magek, Agam, Sumatra Barat.

 

Kasus serupa lainnya sebenarnya masih ada. Hal ini menunjukkan kondisi darurat pada perilaku anak ataupun pengelola pondok yang tega dan berani melakukan kekerasan fisik terlebih di dunia pesantren. 

 

Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat sebanyak 573 kasus kekerasan terjadi di lembaga pendidikan sepanjang 2024. Angka itu meningkat 100% dibanding 2023. Koordinator Nasional JPPI, Ubaid Matraji, mengatakan pada tahun 2020 terdapat 91 kasus.

 

“Angka itu lalu naik menjadi 142 kasus di 2021, 194 kasus di 2022, 285 kasus di 2023, dan tahun 2024 terdapat 400 573 kasus," kata Ubaid, Jumat (27/12/2024).

 

"Data menunjukkan, kasus kekerasan paling banyak terjadi di sekolah (sebanyak) 64%," katanya. "Sementara di lembaga pendidikan berbasis agama ditemukan 36% kasus kekerasan, dengan rincian di madrasah 16% dan pesantren 20%."

 

Apakah Pihak Berwajib Telah Ambil Peran?

Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Waryono Abdul Ghofur menyampaikan, berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak terkait yang bertanggungjawab yaitu Kemenag dalam mencegah tindak kekerasan di Lembaga Pendidikan khususnya pesantren. 

 

“Kami melakukan sejumlah upaya, meskipun tidak harus show of force. Misalnya, preeventifnya, kami melakukan upaya pembinaan sosialisasi pesantren ramah anak. Kami punya buku panduan yang disusun bersama KPPA (Komisi Pelindungan Perampuan dan Anak) untuk pesantren ramah anak. Ini kami sosialisasikan,” terang Waryono di Jakarta, Minggu (18/9/2022).

 

Halaman:

Editor: Anton Chanif M

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Opini: Potensi Besar Gen Z Memimpin Perubahan Sistemik

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:04 WIB
X