Kabar24.id - Ajang Pasar Seni ITB 2025 yang kembali digelar setelah 11 tahun vakum, mendadak viral karena satu stan unik yang menjual ijazah simbolik kepada pengunjung.
Berlokasi di lapangan basket kampus ITB, stan ini bukan sekadar tempat menjual karya, tapi juga ruang satir sosial bertajuk “Membukukan Pasar Seni, Menyenikan Pasar Buku.”
Baca Juga: Kampus di Polandia Digerebek, Sorotan Publik Mengarah ke Ijazah Doktor Hakim MK Era Jokowi
Stan tersebut digagas oleh Kelompok Keilmuan Literasi Budaya Visual (KKLBV) dari Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, yang dipimpin oleh Prof. Yasraf Amir Piliang dan Prof. Acep Iwan Saidi.
Dalam aksi seninya, mereka menjual “ijazah” bertanda tangan Prof. Yasraf sebagai “Rektor Institut Pasar Seni Indonesia” dan Prof. Acep sebagai “Dekan Fakultas Berlaku Sehari.”
Baca Juga: Dian Novita Rela Pulang Kampung dari Amerika Untuk Tampil di Gandrung Sewu 2025 Banyuwangi
Ijazah ini hanya berlaku satu hari, namun menjadi simbol kritik terhadap budaya kepalsuan yang marak di masyarakat, mulai dari dunia pendidikan hingga birokrasi.
“Ini bukan soal ijazah palsu, tapi sindiran terhadap hilangnya integritas dalam kehidupan sosial,” kata Prof. Yasraf Amir Piliang.
Ia menilai masyarakat kini terlalu silau pada gelar tanpa memahami nilai dan proses yang seharusnya menyertai sebuah pencapaian akademik.
Sementara itu, Prof. Acep Iwan Saidi menegaskan bahwa ijazah tersebut bukan dokumen akademik resmi, melainkan bentuk seni konseptual yang mengajak publik berefleksi.
“Kami tidak mendaftarkan ijazah ini ke KPU untuk jadi pejabat, jadi tidak palsu. Ini satire serius,” ujar Acep disambut tawa pengunjung.
Meski demikian, animo masyarakat luar biasa. Banyak pengunjung antre untuk “diwisuda” langsung oleh kedua profesor itu, lengkap dengan toga, selempang, dan foto kelulusan bertuliskan ‘Doktor Sehari’ atau ‘Profesor Sehari.’
Bahkan, beberapa anak-anak ikut berpose sambil membawa ijazah mereka, seolah menjadi lulusan termuda di ITB hari itu.
Salah satu pengunjung, Iwan Pirous, putra seniman legendaris A.D. Pirous—pencetus Pasar Seni ITB—menganggap karya ini sebagai bentuk kritik yang cerdas dan menggelitik.
Artikel Terkait
Dian Novita Rela Pulang Kampung dari Amerika Untuk Tampil di Gandrung Sewu 2025 Banyuwangi
Janji Purbaya di Tengah Bayang Pengangguran Muda Tertinggi ASEAN: Janji Akhir 2025 Cari Kerja Lebih Mudah
Kampus di Polandia Digerebek, Sorotan Publik Mengarah ke Ijazah Doktor Hakim MK Era Jokowi