• Senin, 22 Desember 2025

Rayakan Idul Fitri dengan Tradisi Unik Nusantara (Bagian 8) : Meriam Karbit di Pontianak

.
- Kamis, 27 Maret 2025 | 04:00 WIB

Kabar24.id - Hari Raya Idul Fitri, yang dikenal sebagai momen kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa, dirayakan dengan meriah di seluruh Indonesia. Setiap daerah memiliki cara khas dalam menyambut hari suci ini, mencerminkan kekayaan budaya dan tradisi yang beragam.

Salah satu tradisi yang paling menarik dan khas adalah Meriam Karbit di Pontianak, Kalimantan Barat. Tradisi ini bukan sekadar hiburan atau ajang perayaan semata, tetapi juga memiliki nilai sejarah, budaya, dan kebersamaan yang sangat erat dengan masyarakat Pontianak.

Tradisi Meriam Karbit sudah ada sejak zaman Kesultanan Pontianak yang didirikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie pada akhir abad ke-18.

Baca Juga: Rahasia Ketupat Lebaran Tetap Pulen dan Tahan Lama! Teknik Memasak, Merebus, dan Penyimpanan yang Wajib Dicoba

Pada masa itu, meriam digunakan sebagai alat pertahanan untuk mengusir bajak laut dan menjaga keamanan wilayah Kesultanan. Seiring berjalannya waktu, penggunaan meriam ini berkembang menjadi tradisi yang digelar khusus untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri.

Menurut sejarah, suara dentuman meriam pada saat itu juga digunakan untuk memberi tanda masuknya waktu berbuka puasa dan menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Tradisi ini kemudian diwariskan secara turun-temurun hingga menjadi bagian dari budaya khas Pontianak yang terus lestari hingga saat ini.

Baca Juga: Menteri Pertanian Peringatkan Pelaku Usaha Curang yang Mengubah Beras Medium Dilabeli Premium: Kalau Tidak Berubah, Kami Cek Seluruh Indonesia

Meriam yang digunakan dalam tradisi ini bukanlah meriam biasa. Meriam Karbit dibuat dari batang kayu besar, terutama kayu ulin yang terkenal kuat dan tahan lama.

Panjangnya bisa mencapai 6 hingga 7 meter dengan diameter sekitar 50 cm. Setelah dibuat, meriam ditempatkan di sepanjang tepian Sungai Kapuas, salah satu sungai terpanjang di Indonesia yang membelah Kota Pontianak.

Bahan bakar utama yang digunakan dalam meriam ini adalah karbit, sejenis senyawa kalsium karbida yang ketika dicampur dengan air akan menghasilkan gas asetilena.

Baca Juga: Anak-anak Presiden RI pun Kumpul, Puan Maharani Tanggapi Begini.. 

Gas ini kemudian dinyalakan dengan api, menghasilkan ledakan keras yang menggema di seluruh kota. Suara dentuman dari meriam-meriam ini menjadi ciri khas yang selalu dinantikan saat menjelang malam takbiran.

Lebih dari sekadar pertunjukan suara dentuman yang menggelegar, tradisi Meriam Karbit memiliki makna mendalam bagi masyarakat Pontianak. Beberapa filosofi yang terkandung dalam tradisi ini antara lain:

Halaman:

Editor: Nurul Sakinah

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Opini: Potensi Besar Gen Z Memimpin Perubahan Sistemik

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:04 WIB
X