• Senin, 22 Desember 2025

Rayakan Idul Fitri dengan Tradisi Unik Nusantara (Bagian 7) : Pukul Sapu di Maluku

.
- Rabu, 26 Maret 2025 | 04:36 WIB

Kabar24.id - Hari Raya Idul Fitri, yang dikenal sebagai momen kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa, dirayakan dengan meriah di seluruh Indonesia. Setiap daerah memiliki cara khas dalam menyambut hari suci ini, mencerminkan kekayaan budaya dan tradisi yang beragam.

Salah satu tradisi unik yang masih dilestarikan hingga kini adalah "Pukul Sapu" yang berasal dari Maluku, khususnya di daerah Mamala dan Morella, Pulau Ambon.

Tradisi ini bukan sekadar perayaan, tetapi juga memiliki makna mendalam yang berkaitan dengan sejarah, budaya, dan semangat persaudaraan.

Baca Juga: Rahasia Resep Tongseng Ayam yang Lezat, Gurih, dan Kaya Rempah Ala Chef

Tradisi Pukul Sapu memiliki akar sejarah yang kuat dan berkaitan erat dengan perjuangan rakyat Maluku di masa lampau.

Konon, tradisi ini berawal dari masa kolonial Belanda, ketika masyarakat setempat mengembangkan keterampilan bela diri dan ketahanan fisik sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajah.

Selain itu, Pukul Sapu juga dikaitkan dengan ajaran Islam yang masuk ke Maluku melalui para ulama dan pedagang Arab. Tradisi ini kemudian berkembang menjadi simbol kedisiplinan, keberanian, serta solidaritas antarwarga dalam komunitas Muslim di wilayah tersebut.

Baca Juga: Rahasia Minuman Sunnah yang Dicontohkan Nabi, Begini Cara Membuat Nabeez Segar dan Menyehatkan

Puncak tradisi Pukul Sapu biasanya berlangsung pada hari ketujuh setelah Idul Fitri. Ritual ini diawali dengan doa bersama di masjid, yang bertujuan untuk memohon perlindungan dan keselamatan.

Setelah itu, para pemuda desa yang telah dipersiapkan secara mental dan fisik akan berpartisipasi dalam pertunjukan utama.

Dua kelompok pemuda berbaris berhadapan di tanah lapang, masing-masing memegang sapu lidi yang telah dirangkai menjadi alat pukul. Dengan irama yang teratur, mereka bergantian memukul tubuh lawan, khususnya di bagian punggung. 

Baca Juga: Samsung Galaxy A56: Kelebihan, Kekurangan, dan Apakah Layak Dibeli?

Meskipun terlihat menyakitkan, para peserta tidak diperbolehkan menunjukkan ekspresi kesakitan. Sebaliknya, mereka harus tetap tenang dan menunjukkan ketahanan fisik yang luar biasa.

Setelah sesi pemukulan selesai, para peserta diobati dengan ramuan tradisional dari minyak kelapa dan rempah-rempah untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat pemulihan luka.

Halaman:

Editor: Nurul Sakinah

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Opini: Potensi Besar Gen Z Memimpin Perubahan Sistemik

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:04 WIB
X