• Senin, 22 Desember 2025

Rayakan Idul Fitri dengan Tradisi Unik Nusantara (Bagian 2) : Grebeg Syawal di Yogyakarta

.
- Jumat, 21 Maret 2025 | 04:00 WIB

Kabar24.id - Hari Raya Idul Fitri, yang dikenal sebagai momen kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa, dirayakan dengan meriah di seluruh Indonesia. Setiap daerah memiliki cara khas dalam menyambut hari suci ini, mencerminkan kekayaan budaya dan tradisi yang beragam.

Setiap daerah di Indonesia memiliki cara tersendiri dalam menyambut hari raya Idul Fitri. Salah satu tradisi yang paling menarik perhatian adalah Grebeg Syawal yang rutin digelar di Kesultanan Yogyakarta.

Acara ini merupakan bagian dari upacara adat yang telah diwariskan secara turun-temurun dan menjadi simbol kebersamaan antara Keraton Yogyakarta dengan masyarakatnya.

Baca Juga: ASUS ROG Phone 9 Series Hadir di Indonesia dengan Spesifikasi Gaming Terdepan

Grebeg Syawal merupakan tradisi yang sudah berlangsung sejak zaman Kesultanan Mataram. Kata "Grebeg" sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti "berkumpul" atau "berarak." Sementara itu, "Syawal" merujuk pada bulan dalam kalender Islam yang menandai berakhirnya Ramadan dan datangnya Idul Fitri.

Grebeg Syawal pertama kali diselenggarakan sebagai bentuk rasa syukur dari pihak kesultanan atas berkah yang telah diberikan Allah SWT setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh.

Sejak masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono I hingga sekarang, tradisi ini terus dilestarikan dan menjadi agenda tahunan yang dinanti-nantikan masyarakat Yogyakarta dan wisatawan.

Grebeg Syawal biasanya diadakan sehari setelah perayaan Idul Fitri. Upacara ini berpusat di Keraton Yogyakarta dan melibatkan berbagai unsur adat serta keagamaan.

  1. Persiapan Gunungan
    Gunungan adalah simbol utama dalam Grebeg Syawal. Bentuknya menyerupai gunung yang terbuat dari berbagai hasil bumi seperti beras, sayur-mayur, buah-buahan, dan jajanan tradisional.

    Gunungan ini mencerminkan kesejahteraan serta kemurahan hati raja terhadap rakyatnya. Biasanya, terdapat beberapa jenis gunungan, yaitu:

    • Gunungan Lanang (laki-laki), berbentuk kerucut tinggi yang melambangkan keberkahan dan kekuatan.
    • Gunungan Wadon (perempuan), yang lebih datar dan memiliki simbol kelembutan serta kesuburan.
    • Gunungan Pawuhan, gunungan khusus yang berisi aneka makanan sebagai lambang keberlimpahan.
  2. Kirab Gunungan
    Setelah dipersiapkan, gunungan akan diarak oleh para prajurit Keraton Yogyakarta yang mengenakan pakaian adat khas.

    Prosesi kirab ini dimulai dari dalam kompleks Keraton Yogyakarta dan berlanjut menuju Masjid Gedhe Kauman, yang terletak di sebelah barat Alun-Alun Utara. Dalam perjalanan, masyarakat berbondong-bondong ikut mengiringi kirab dengan penuh antusiasme.

  3. Doa dan Pembagian Gunungan
    Setibanya di halaman Masjid Gedhe Kauman, gunungan akan didoakan oleh ulama sebagai bentuk permohonan berkah.

    Setelah doa selesai, gunungan akan diperebutkan oleh masyarakat yang percaya bahwa mendapatkan bagian dari gunungan bisa mendatangkan keberuntungan dan rezeki melimpah. Dalam waktu singkat, gunungan pun habis diserbu oleh warga.

Halaman:

Editor: Nurul Sakinah

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Opini: Potensi Besar Gen Z Memimpin Perubahan Sistemik

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:04 WIB
X