• Senin, 22 Desember 2025

Sekolah Berbasis Welas Asih Mampukah Membawa Kebaikan Untuk Pendidikan dan Generasi

.
- Rabu, 29 Januari 2025 | 05:23 WIB
Ilustrasi sekolah swasta gratis di Jakarta (instagram.com/kemendikdasmen)
Ilustrasi sekolah swasta gratis di Jakarta (instagram.com/kemendikdasmen)

 

Opini, Kabar24.id -- Pendidikan menjadi salah satu ujung tombak dalam menyelesaikan berbagai problem generasi di negeri ini. Selain upaya meninjau dari segi kurikulum, pelatihan-pelatihan untuk para pendidik juga terus dilakukan dalam upaya menyiapkan generasi masa depan.

Baca Juga: Ratusan Kepala Sekolah Banyuwangi Ikuti Pelatihan Kepemimpinan Berbasis Welas Asih

Sebagaimana beberapa waktu lalu Pemkab Banyuwangi menggelar pelatihan kepemimpinan untuk ratusan kepala sekolah tingkat SD dan SMP. Pada pelatihan ini para kepala sekolah mendapat materi tentang kepemimpinan yang mampu membangun lingkungan pendidikan dengan konsep compassionate atau welas asih.

Pelatihan tersebut diikuti oleh 420 kepala sekolah tingkat sekolah dasar (SD) dan juga sekolah menengah pertama (SMP) dari sekolah negeri dan swasta se Banyuwangi yang digelar di Pendopo Sabha Swagata, Kabupaten Banyuwangi (kominfo.jatimprov.go.id, 13/1/2025). 

Baca Juga: Sistem Zonasi akan Diganti dengan Domisili, Cuma Ganti Nama?

Pelatihan ini memberikan materi tentang membangun pendidikan yang berbasis compassionate atau welas asih dengan mengedepankan terbangunnya akhlak dan toleransi, terutama penekanannya adalah untuk menghindari terjadinya tiga dosa besar dalam dunia pendidikan yakni perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi (banyuwangikab.go.id, 8/1/2025).

Konsep welas asih dalam dunia Pendidikan ini bukan hal yang baru. Tahun 2024 lalu pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggelar lanjutan Program Sekolah Damai dalam rangka menciptakan lingkungan pendidikan yang penuh nilai-nilai toleransi dan upaya membendung radikalisme. Dan Sekolah Damai merupakan bagian dari tujuh program prioritas yang dicanangkan oleh BNPT(Harakatuna, 3/5/ 2024).

Baca Juga: Mendikdasmen Ciptakan Rumah Pendidikan, Untuk Apa dan Bagaimana Cara Mengaksesnya?

Yang menjadi pertanyaan, segenting apakah permasalahan intoleransi di dunia Pendidikan saat ini, sehingga semua sekolah harus menerapkan konsep Pendidikan compassionate tersebut? Benarkah indikasi adanya intoleransi yang terjadi di sekolah adalah indikasi bibit-bibit radikalisme?

 

Darurat intoleransi, darurat radikalisme, benarkah ?

Intoleransi menjadi salah satu dari tiga dosa besar pendidikan sehingga cukup massif berbagai program yang di aruskan. Pemerintah menganggap bahwa ada begitu banyak kasus intoleransi yang mengarah pada radikalisme dan terorisme. Pandangan tersebut berdasarkan beberapa data. Data Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, misalnya, mencatat mengenai radikalisme pada 2018 terdapat 57,03% guru, baik level SD dan SMP yang memiliki pandangan intoleran di Indonesia. (Antara News, 18-7-2022).

Hasil survei Setara Institute for Democracy and Peace menunjukkan antara lain bahwa jumlah pelajar intoleran aktif di sekolah tingkat menengah atas (SMA) dan sederajat di lima kota Indonesia yang disurvei, meningkat. Ketika ditanya tentang tanggapan terhadap penghinaan agama, sekitar 20,2 persen pelajar mengaku tidak bisa menahan diri untuk tidak melakukan kekerasan.

Survei ini juga mengungkapkan bahwa 51,8 persen pelajar menganggap negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia merupakan ancaman terhadap agama dan budaya Indonesia. Sebanyak 61,1 persen pelajar menyatakan merasa lebih nyaman jika semua siswi muslim berjilbab dan 56,3 persen pelajar menyokong penerapan syariat Islam. Temuan lain adalah 83,3 persen menilai Pancasila bukan ideologi negara yang bersifat permanen, dan dapat diganti. Sekitar 33 persen pelajar setuju untuk membela agama, termasuk harus mati dalam membela agama (voaindonesia.com, 18/5/2023).

Pertanyaannya, benarkah survei-survei tersebut menunjukkan kondisi daruratnya intoleransi dalam dunia Pendidikan hingga mengarah pada radikalisme ? Apa sebenarnya batasan pasti seseorang dikatakan intoleran sehingga dicap radikal?.

Halaman:

Editor: Anton Chanif M

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

UNEJ Siapkan Fasilitas Khusus Bagi Mahasiswa Difabel

Jumat, 22 Agustus 2025 | 09:29 WIB
X