• Senin, 22 Desember 2025

Mudik Lancar, Apakah Islam Mengatur Soal Transportasi?

.
- Kamis, 27 Maret 2025 | 17:31 WIB
Mudik Lancar, Apakah Islam Mengatur Soal Transportasi?
Mudik Lancar, Apakah Islam Mengatur Soal Transportasi?

OPINI, Kabar24.id - Lebaran 2025 hampir tiba, para pemudik telah bersiap memadati jalanan. Ada yang naik kendaraan umum ada pula yang naik kendaraan pribadi bahkan demi menghemat dana ada yang rela naik sepeda motor menuju kampung halaman. Keselamatan pun dipertaruhkan.

Setiap pemudik pasti berharap acara mudiknya lancar dan aman sampai tujuan. Namun kadang harapan tak seindah kenyataan. Jalanan yang padat yang menimbulkan kemacetan, biaya transportasi yang lumayan merogoh kocek, tarif tol yang semakin meningkat dan kadang masih menemui jalanan yang tidak mulus. Ini menjadi kendala tersendiri bagi para pemudik.

Baca Juga: Doa Zakat Fitrah untuk Anak dan Istri di Bulan Ramadhan 2025, Simak Penjelasannya

Lalu, apakah dalam Islam mengatur soal transportasi agar para pemakai jalan, baik saat pemakai jalan memadati jalanan menjelang lebaran atau pada hari-hari di luar lebaran menikmati perjalanan yang lancar dan berbiaya murah?

Dalam Musnad Ahmad 10014: Telah menceritakan kepada kami (Ishaq bin Musa) telah menceritakan kepada kami (Jarir) -yaitu Ibnu Hazim- dari (Az Zubair Ibnul Khirrib) dari (Ikrimah) dari (Abu Hurairah), dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memutuskan bahwa jika manusia berselisih dengan batas lebar jalan mereka, maka lebarnya adalah tujuh hasta."

Baca Juga: Meraih Keberkahan Sahur: Doa dan Keutamaannya di Bulan Ramadan

Tujuh hasta diukur dari siku sampai ke jari tangan dan pada umumnya sama dengan 45 cm. jadi tujuh hasta setara 315 cm. Di zaman Rasulullah, moda transportasi memakai kuda dan unta. Tentu ini cukup untuk menampung moda trasportasi tersebut. Namun, kondisi hari ini berbeda, dengan ukuran transportasi yang ada maka tentunya lebar jalan harus disesuaikan agar pemakai jalan tidak mengalami kemacetan.

Kelancaran perjalanan juga ditunjang oleh jalanan yang mulus. Sebagaimana apa yang pernah dicontohkan oleh Kholifah Umar bin Khattab yang saat itu kekuasaannya meliputi Jazirah Arab, Mesir, Persia, Irak, dan Syam (sekarang Yordania, Suriah, Palestina, Lebanon). Beliau pernah berkata, “Demi Allah jika ada seekor keledai di negeri Irak jatuh terperosok di jalan, aku khawatir keledai itu akan menuntut pertanggungjawaban saat hari kiamat kelak.”

Baca Juga: Waspada! 8 Kebiasaan Sehari-hari Ini Bisa Merusak Ginjal, Nomor 1 Paling Sering Dilakukan

Beliau adalah gambaran sosok pemimpin yang memikirkan keselamatan rakyatnya sebagai tanggung jawab duniawi dan memiliki spirit ukhrowi. Beliau bukan hanya mengatur soal teknis perjalanan, misal kapan harus melakukan perjalanan atau memberi diskon biaya transportasi agar para pemudik lebih bersemangat mudik lebih awal dan tidak memadati jalanan.

Paradigma kepemimpinan semacam ini didasari oleh semangat bahwa “Setiap dari kalian adalah pemimpin dan tiap-tiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban.” (HR. Imam Bukhari).

Transportasi dan jalan adalah fasilitas umum, dimana Islam memandang fasilitas umum adalah menjadi tanggung jawab negara. Maka untuk pembiayaan pengadaan transportasi yang aman dan nyaman juga jalanan  yang lancar juga akan dibiayai oleh negara, bukan diserahkan kepada swasta.

Baca Juga: Daftar Lengkap Kendaraan yang Tidak Boleh Isi Pertalite Mulai 17 Maret 2025, Cek Kendaraan Anda!

Seperti yang tertuang di dalam buku The Great Leader of Umar bin al-Khaththab, halaman 314 – 316, diceritakan bahwa Khalifah Umar al-Faruq menyediakan pos dana khusus dari Baitul Mal untuk mendanai insfrastruktur, khususnya jalan dan semua hal ihwal yang terkait dengan sarana dan prasarana jalan. Tentu dana ini bukan dari dana hutang atau investor swasta. Hal ini untuk memudahkan transportasi antara berbagai kawasan Negara Islam. Khalifah Umar juga menyediakan sejumlah besar unta secara khusus mengingat kala itu unta merupakan alat transportasi yang tersedia untuk mempermudah perpindahan bagi orang yang tidak memiliki kendaraan antar berbagai Jazirah Syam dan Irak.

Halaman:

Editor: Anton Chanif M

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Bagaimana Pandangan Islam Terhadap Inses?

Rabu, 21 Mei 2025 | 19:35 WIB

dr Aisyah Dahlan: Bahasa Kasih Sayang Hadiah

Kamis, 10 April 2025 | 05:13 WIB
X