Kabar24.id – Direktur Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie, menyebut Presiden Joko Widodo dan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan ngotot agar proyek kereta cepat Whoosh tetap dijalankan.
Menurut Jerry, keduanya menjadi pihak utama yang mendorong agar proyek tersebut berjalan dengan menggandeng China sebagai mitra kerja sama.
Baca Juga: Cara Cek Penerima BLT Tambahan Rp900 Ribu yang Cair Mulai 20 Oktober 2025
“Dia dan Jokowi yang ngotot kereta cepat ini terlaksana,” kata Jerry di Jakarta, Senin, 20 Oktober 2025.
Ia menduga, alasan ngototnya proyek Whoosh tetap dijalankan karena ada potensi keuntungan besar di balik kerja sama tersebut.
Baca Juga: Warga Desak Mundur Sudewo, Diduga Bupati Pati Terlibat Kasus Dugaan Suap Proyek Kereta
Jerry menilai terdapat indikasi mark up dalam pembiayaan proyek yang seharusnya mendapat perhatian serius dari aparat penegak hukum.
“Biasa, dia ngotot lantaran ada keuntungan besar dan ada dugaan mark up anggaran,” ujarnya.
P3S bahkan mendesak KPK dan Kejaksaan Agung untuk mengusut dugaan mark up proyek kereta cepat Whoosh serta memeriksa para pihak terkait.
Jerry menambahkan, proyek ini juga didukung oleh sejumlah influencer yang dilibatkan untuk membangun citra positif di masyarakat.
“Bahkan saat peresmian, ada influencer yang bersama LBP dan diduga proyek ini di-mark up tiga kali lipat dari US$17 juta per kilometer menjadi US$52 juta di Indonesia,” katanya.
Ia turut menyinggung mantan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan yang sebelumnya menolak proyek kereta cepat Whoosh sebelum akhirnya diberhentikan dari jabatannya.
“Mantan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan sudah menolak proyek ini tapi LBP dan Jokowi ngotot,” ujarnya.
Artikel Terkait
Ramai Utang Whoosh, Luhut Binsar Pandjaitan Tegaskan Tak Pernah Minta Jatah APBN
KPK Respons Panas Isu Mark Up Proyek Whoosh: Mahfud MD Blak-blakan, KPK Siap Terima Laporan Resmi Dugaan Korupsi
Whoosh: Ketika Ambisi Politik Mengalahkan Rasionalitas Ekonomi