• Minggu, 21 Desember 2025

Warga Curhat 10 Jam Jalan Kaki dari Sitahuis ke Sibolga Demi Bahan Pokok

.
- Jumat, 19 Desember 2025 | 09:08 WIB
Cerita warga Bonan Dolok, Tapanuli Tengah yang harus berjalan kaki demi mendapatkan bantuan. (TikTok/zaits_bf)
Cerita warga Bonan Dolok, Tapanuli Tengah yang harus berjalan kaki demi mendapatkan bantuan. (TikTok/zaits_bf)

Kabar24.id - Sejumlah daerah di Kabupaten Tapanuli Tengah masih mengalami kesulitan akses akibat jalan putus pascabanjir dan longsor akhir November 2025. Kondisi ini membuat distribusi bantuan logistik belum berjalan optimal.

Salah satu wilayah yang masih terisolasi adalah Desa Bonan Dolok di Kecamatan Sitahuis. Warga setempat terpaksa menempuh perjalanan panjang untuk mendapatkan kebutuhan pokok.

Baca Juga: Saat Bencana Landa Sumatera, Video Kepala BGN Main Golf Bikin Warganet Geram

Video yang beredar di media sosial memperlihatkan warga Bonan Dolok harus berjalan kaki hingga 10 jam. Perjalanan dilakukan untuk mengambil bantuan logistik dari luar wilayah.

Perjuangan warga dilakukan dengan berjalan kaki melewati jalan licin dan cuaca yang belum stabil. Kondisi ini diperparah dengan akses jalan yang belum bisa dilalui kendaraan.

Baca Juga: Weton Jawa Jumat Kliwon 19 Desember 2025, Ini Watak dan Nasib Hidupnya

“Meskipun hujan, kami tetap semangat menjemput bahan pokok di dapur, kami berjalan,” ucap seorang warga dalam video. Ia menyebut sekali jalan membutuhkan waktu sekitar lima jam.

“Jadi, dari Sitahuis ke Sibolga kami pulang pergi butuh 10 jam,” lanjut warga tersebut. Video itu diunggah akun TikTok @zaits_bf pada Kamis, 18 Desember 2025.

Baca Juga: Tangis Ibu Penjual Cabe di Aceh Tengah usai Influencer Beli Harga Medan

Dalam video yang sama, warga juga menyampaikan harapan kepada pemerintah. Mereka meminta perhatian terhadap kondisi akses jalan yang masih terputus.

“Buat bapak dan ibu, tolong lihat kami, kami di sini di Sitahuis sedang berduka karena longsor,” ucap warga. Ia menyebut bahan makanan di wilayah tersebut sudah tidak tersedia.

“Mohon bapak ibu bisa melihat kami, jalan kami tertutup,” tambahnya. Warga juga menyebut jalur yang dilalui untuk mengambil bantuan harus melewati kawasan hutan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tapanuli Tengah mencatat dampak bencana masih cukup besar. Hingga Rabu, 17 Desember 2025, korban meninggal dunia tercatat 131 orang.

BPBD juga melaporkan 41 orang lainnya masih dalam pencarian. Jumlah pengungsi mencapai 10.887 jiwa yang tersebar di 12 kecamatan.

Halaman:

Editor: Anton Chanif M

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X