- 56 persen warga AS mendukung negosiasi diplomatik dengan Iran terkait program nuklir/Hanya 18 persen yang mendukung ancaman militer.
- Hanya 24 persen yang menganggap program nuklir Iran sebagai ancaman serius bagi AS.
Ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Amerika lebih memilih jalur damai dan diplomasi, bukan konfrontasi militer.
Meskipun Trump menyatakan bahwa serangan dilakukan untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir, Direktur CIA Tulsi Gabbard dalam kesaksian di awal 2025 menegaskan bahwa Iran tidak sedang membangun senjata nuklir.
Menurut intelijen AS, program senjata nuklir Iran telah dihentikan sejak 2003, dan tidak ada bukti bahwa Pemimpin Tertinggi Iran telah mengaktifkannya kembali.
Trump membantah kesimpulan tersebut dan tetap memerintahkan serangan, yang menurut para pengkritiknya mengingatkan pada kesalahan masa lalu invasi AS ke Irak tahun 2003, yang juga didasarkan pada informasi intelijen yang tidak akurat.
Serangan AS ke Iran menandai babak baru ketegangan geopolitik di Timur Tengah, namun juga membuka perdebatan besar di dalam negeri.
Dengan dukungan publik yang minim dan Kongres yang terpecah, kebijakan luar negeri AS di bawah Presiden Trump kini berada di titik kritis.
Sumber: tempo.co, CNBC Indonesia
Artikel Terkait
Pemerintah Dorong Desainer Produk Indonesia Miliki Sertifikat Profesi dan Museum Desain Nasional
Narasi Polisi Pahlawan Masa Kini Tuai Pro-Kontra di X, Warganet Nilai Tidak Autentik
Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2025 Dimulai, Pemerintah Siapkan Ribuan Formasi untuk Taruna dan Mahasiswa