• Senin, 22 Desember 2025

Cara Islam dalam mengentaskan Pengangguran

.
- Sabtu, 10 Mei 2025 | 14:37 WIB
Cara Islam dalam mengentaskan Pengangguran ditulis oleh Azrina Fauziah S.Pt (Aktivis Dakwah) - Foto ilustrasi: Freepik
Cara Islam dalam mengentaskan Pengangguran ditulis oleh Azrina Fauziah S.Pt (Aktivis Dakwah) - Foto ilustrasi: Freepik

OPINI - Indonesia dinyatakan sebagai negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di ASEAN pada tahun 2024. Peringkat pengangguran tersebut dinyatakan IMF (International Monetary Fund) berdasarkan laporan World Economic Outlook April 2024. Berdasarkan data dari IMF, Indonesia memiliki persentase tingkat pengangguran tertinggi per April 2024 dibandingkan enam negara yang tergabung dalam ASEAN yaitu 5,2 persen. Sedangkan untuk Filipina 5,1 persen, Malaysia 3,5 persen, Vietnam 2,1 persen, Singapura 1,9 persen dan Thailand 1,1 persen, Myanmar, Kamboja, dan Laos dikecualikan dari daftar tersebut karena tidak ada data yang tersedia (kompas.com, 30/4/2025).

Baca Juga: 10 Cara Efektif Mendidik Anak Agar Disiplin Tanpa Harus Memarahi

Data pengangguran yang mendominasi adalah dari lulusan SMA maupun sarjana. Dikutip dari cnbcindonesia.com, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa secara angka absolut, lulusan SMA memang masih mendominasi jumlah pengangguran yang mencapai 2,29 juta orang pada 2024. Dan jumlah pengganguran lulusan sarjana mencapai 842.378 orang di 2024 (1/5/2025).

Banyaknya pengangguran pada lulusan SMA, diploma maupun sarjana dikarna tidak adanya lapangan pekerjaan yang tersedia. Hal ini mengakibatkan banyak lulusan sarjana yang banting setir ke pekerjaan yang tidak sesuai dengan pendidikannya. Fenomena ini dialami oleh Heru Kurniawan sarjana Teknik Mesin lulusan 2023 yang kini bekerja menjadi sopir mobil rental dan Ihlazul amal seorang lulusan Fakultas Manajemen pada 2023 kini juga menjadi pramukantor. Keduanya sudah beberapa kali melamar ke perusahaan sesuai jurusan namun hingga saat ini belum ada panggilan kerja (bbc.com, 30/4/2025).

Baca Juga: Habemus Papam! Ini Arti Nama Leo XIV, Nama Baru Paus Terpilih Robert Prevost 

Padahal gelar sarjana dulu dipuja dan dianggap sebagai pintu menuju masa depan yang cerah. Fakta lapangan berkata lain, baik lulusan SD, SMP, SMA/SMK, diploma sampai sarjana masuk kedalam lingkaran pengangguran tanpa sebuah kepastian.

Bukan Personal tapi Sistemik

Skill dalam bekerja memang hal yang sangat dibutuhkan dalam mencari pekerjaan. Sayangnya lapangan pekerjaan bagi para pemilik skill begitu minim. Buktinya, meski lulusan SMK maupun vokasi jumlahnya banyak diantara mereka tidak terserap di dunia kerja. Mengapa demikian?

Jika alasan pengangguran di Indonesia karna sifat malas. Faktanya, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang terbiasa bangun pagi untuk memulai aktivitas. Permasalahan ini bukan semata karna problem personal yang malas namun juga ada faktor sistemik.

Pertama, kapitalisasi sumber daya alam oleh asing. Indonesia dikenal memiliki berbagai sumber daya alam yang sangat melimpah. Sayangnya sumber daya alam tersebut tidak langsung dikelola oleh negara kita sendiri. Akan tetapi, dijual dan dioperasikan oleh asing maupun aseng.

Rakyat jelata tidak pernah sedikit pun mendapatkan keuntungan dari sumber daya alamnya sendiri. Terlebih fokus perusahaan swasta bukan kesejahteraan pekerja melainkan profit perusahaan. Maka dengan mudah mereka melakukan efisiensi pengeluaran dengan cara melakukan PHK. Selain itu, perusahaan swasta dengan mudahnya merekrut Tenaga Kerja Asing sehingga ini menimbulkan angka pengangguran makin tinggi.

Kedua, ekonomi yang bertumpu pada sektor nonriil. Dalam sistem ekonomi kapitalisme, uang dianggap sebagai komoditas sehingga memunculkan aktivitas ekonomi nonriil seperti perbankan ribawi, bursa efek, saham dan asuransi. Aktivitas ekonomi nonriil ini tidak menciptakan lapangan pekerjaan justru hanya menguntungkan pemilik modal saja. Semestinya negara fokus pada pertumbuhan sektor riil seperti pertanian, peternakan, perikanan maupun industri berat yang akan menyerap tenaga kerja yang banyak.

Sistem Islam Mengentaskan Pengganguran

Dalam Islam, seorang laki-laki muslim yang telah dewasa dan sehat diwajibkan untuk bekerja mencari nafkah. Konsekuensinya ialah negara wajib memberikan lapangan pekerjaan bagi para lelaki. Sistem ekonomi Islam memberikan mekanisme berupa pemberian modal usaha, sarana dan prasarana. Disini negara semestinya memberikan ilmu dan keahlian melalui penerapan sistem pendidikan.

Sistem ekonomi Islam memiliki pembagian kepemilikan diantaranya kepemilikan individu, negara dan umum. Disini negara mendapatkan sumber pendapatan kas Baitul Mal yang berasal dari kepemilikan negara maupun umum. Pemberian modal berupa tanah milik negara atau tanah mati, pembagian harta zakat, usyur, kharaj, dan ghanimah merupakan mekanisme sistem Islam agar rakyat dapat membuka usaha sendiri.

Halaman:

Editor: Anton Chanif M

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Opini: Potensi Besar Gen Z Memimpin Perubahan Sistemik

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:04 WIB
X