Pakar Semiotika ITB Acep Iwan Saidi: Putusan Ters

Kabar24.id - Penetapan tersangka terhadap Roy Suryo dan sejumlah tokoh lain dinilai bukan sekadar peristiwa hukum, melainkan juga permainan tanda dalam politik digital.

Pakar semiotika ITB Prof Acep Iwan Saidi menyebut putusan tersebut sebagai bentuk dari kode hermeneutik, yakni kode teka-teki yang menimbulkan enigma dan ketegangan publik.

Baca Juga: Shell Indonesia Luncurkan Shell Helix Ultra Terbaru, Pelumas Premium dengan Teknologi Shell PurePlus

Menurutnya, publik kini tengah berada pada fase bertanya-tanya tentang apa yang akan terjadi setelahnya.

“Dalam semiotika Roland Barthes, kode hermeneutik selalu menimbulkan rasa ingin tahu dan spekulasi,” ujar Acep.

Ia menambahkan, di ruang politik digital, kode semacam ini sering dimanfaatkan oleh para pelibat, termasuk buzzer politik, untuk mengarahkan persepsi publik.

“Para buzzer memainkan narasi ini sesuai kepentingan politiknya. Pendukung Jokowi tentu akan menggunakan momentum ini untuk menyudutkan Roy Suryo cs,” katanya.

Acep menilai putusan ini menjadi amunisi baru bagi kelompok politik yang ingin mempertahankan citra positif di tengah isu sensitif yang sedang berkembang.

Ia menilai dinamika tersebut bukan hanya soal hukum, tetapi juga soal siapa yang berhasil menguasai ruang wacana digital.

“Pertarungan narasi antara buzzer dan publik akan semakin sengit. Logika hukum akan diuji oleh logika publik,” ujar Acep.

Menurutnya, sistem hukum di Indonesia sering kali terjebak dalam tekanan opini dan permainan persepsi di media sosial.

“Dalam konteks ini, kebenaran hukum bukan lagi hasil dari proses pembuktian, tetapi dari siapa yang paling kuat memainkan narasi,” tuturnya.

Acep memprediksi kasus Roy Suryo cs tidak akan sampai pada tahap hukuman berat.

“Ini lebih pada mekanisme memperpanjang narasi dramatik, untuk mengalihkan fokus publik dari isu ‘ijazah palsu’ ke isu ‘tersangka’,” katanya.