Mahasiswa juga membantu mengelola pasokan air untuk mendukung kelancaran proses produksi briket.
Selain produksi, mereka menyusun perencanaan bisnis untuk mendukung keberlanjutan usaha setelah KKN berakhir.
Program ini diharapkan dapat memperkuat kemandirian fiskal Desa Sayoang di masa mendatang.
Deni menyebutkan bahwa dampak jangka panjang dari program ini adalah meningkatkan pendapatan desa melalui BUMDes.
Mahasiswa juga membangun skema distribusi dan pemasaran agar briket bisa menembus pasar ekspor.
RITD yang sebelumnya belum dioptimalkan kini mulai dimanfaatkan secara nyata oleh masyarakat desa.
Pemerintah desa dan warga menyambut baik langkah mahasiswa dalam membawa solusi berbasis potensi lokal.
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk membangun desa mandiri energi dan mandiri ekonomi.
Keberadaan mahasiswa dalam program KKN kolaboratif menjadi penggerak pemanfaatan inovasi teknologi di desa.
Harapannya, program ini terus berlanjut dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat di wilayah 3T. ***
Artikel Terkait
KKN Kolaboratif 3T Kembangkan Mini Hilirisasi Kepiting Bakau Asap di Raja Ampat
Pemerintah Gerak Cepat Tindak Pengoplos Beras dan Lakukan Operasi Pasar
Zodiak Hari Ini 7 Agustus 2025: Capricorn Dilimpahi Kabar Baik, Libra Disarankan Evaluasi Diri
Harga iPhone 17 Bocor, Benarkah Lebih Mahal dari iPhone 16?