Festival Ngopi Sepuluh Ewu kini diikuti ribuan warga yang membawa cangkir dari rumah masing-masing.
Warga membuka lapak, menyiapkan kursi, hingga menyediakan kopi untuk dinikmati bersama pengunjung.
Kegiatan ini menjadi ajang silaturahmi lintas generasi dan wadah pemberdayaan ekonomi warga.
Arifin menambahkan, seluruh elemen masyarakat berperan aktif dalam kesuksesan acara tahunan ini.
Selain memperkenalkan budaya, festival juga meningkatkan pendapatan UMKM lokal yang menjual produk khas Using.
Pemerintah desa turut menyiapkan jalur alternatif menuju lokasi agar pengunjung lebih mudah menjangkau area Kemiren.
Festival ini juga meneguhkan posisi Desa Kemiren sebagai penerima penghargaan Best Tourism Village dari Badan Promosi Pariwisata Indonesia.
Selain ngopi massal, desa ini juga dikenal dengan tradisi Barong Idhul Fitri dan Tumpeng Sewu saat Idul Adha.
Arifin berharap, kegiatan budaya ini terus mendapat dukungan pemerintah dan menjadi inspirasi desa wisata lain di Banyuwangi.
Menurutnya, setiap cangkir kopi yang disajikan adalah simbol ajakan untuk menikmati hangatnya persaudaraan di bumi Using.
Festival Ngopi Sepuluh Ewu pun kini menjadi identitas Banyuwangi yang menyatukan budaya, pariwisata, dan ekonomi rakyat dalam satu wadah kebersamaan.
Artikel Terkait
Ijen Golden Route Tawarkan Hidden Gem Mempesona di Kawasan kaki Gunung Ijen Banyuwangi
Satu Kuintal Kopi Robusta Disiapkan untuk Festival Ngopi Sepuluh Ewu 2025 di Banyuwangi
Falsafah Suguh, Gupuh, Lungguh Hidup di Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi