• Minggu, 21 Desember 2025

Festival Ngopi Sepuluh Ewu di Kemiren, Tradisi Budaya yang Berawal dari 2013 Dihadiri Dahlan Iskan

.
- Minggu, 9 November 2025 | 15:33 WIB
Festival Ngopi Sepuluh Ewu jadi simbol persaudaraan dan kebanggaan budaya Using di Desa Kemiren. (YouTube Banyuwangi Etnik)
Festival Ngopi Sepuluh Ewu jadi simbol persaudaraan dan kebanggaan budaya Using di Desa Kemiren. (YouTube Banyuwangi Etnik)

Kabar24.idDesa Kemiren di Kecamatan Glagah kembali meriah dengan gelaran Festival Ngopi Sepuluh Ewu, tradisi tahunan yang telah melekat di hati masyarakat Using sejak 2013.

Acara ini pertama kali digagas pada oleh karang taruna dengan modal awal gotong royong. 

Baca Juga: Mayoritas Publik Dukung Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, 80 Persen Nilai Berjasa di Bidang Pangan

Hal itu dikatakan oleh Mohamad Arifin selaku Kepala Desa Kemiren saat memberikan sambutan di Acara Pembukaan Ngopi Sepuluh Ewu 2025 yang juga dihadiri oleh Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani. 

Arifin, pada kesempatan itu menjelaskan pelaksanaan perdananya, festival tersebut dihadiri oleh Dahlan Iskan, Menteri BUMN kala itu pada tahu 2013.

Baca Juga: RS Yarsi Tangani 15 Korban Ledakan Bom Rakitan di SMAN 72 Jakarta, 13 Alami Gangguan Pendengaran

Kehadiran Dahlan Iskan memberi semangat tersendiri bagi masyarakat Desa Kemiren untuk mengangkat kopi lokal menjadi produk unggulan.

Festival ini kemudian berkembang menjadi simbol kebersamaan warga lewat filosofi “sak duluran sak cangkir”.

Maknanya, secangkir kopi menjadi pengikat persaudaraan dan semangat gotong royong masyarakat Using.

Kepala Desa Kemiren, Mohamad Arifin, menyebut kegiatan ini bukan sekadar pesta kopi.

Namun juga upaya nyata memperkuat identitas Desa Kemiren sebagai desa wisata budaya berskala nasional dan internasional.

Arifin menuturkan, sejak 2013 masyarakat mulai memperkenalkan proses nyangrai kopi manual yang menjadi daya tarik wisata tersendiri.

Dari kegiatan itu pula lahir merek lokal “Kopi Jaranggo” yang kini dikenal luas sebagai hasil karya warga Using.

Menurutnya, kopi tersebut bukan hanya komoditas ekonomi, tapi juga simbol kebangkitan desa.

Halaman:

Editor: Anton Chanif M

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X