• Senin, 22 Desember 2025

Malam Satu Sura di Pura Mangkunegaran: Simbol Spiritualitas dan Daya Tarik Wisata Budaya

.
- Jumat, 27 Juni 2025 | 17:46 WIB

 Kabar24.id - Pura Mangkunegaran menjadi pusat perhatian dalam perayaan Malam Satu Sura tahun ini, yang berlangsung dengan suasana penuh khidmat dan sakral pada Kamis malam, 26 Juni 2025. Acara ini turut dihadiri Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana, yang tampil elegan dalam busana adat Jawa.

Busana jawi jangkep yang dikenakan Menteri Widiyanti terdiri dari kebaya Kartini hitam lengan panjang dan jarik batik, simbol keanggunan sekaligus komitmen terhadap budaya Indonesia.

“Perayaan Malam Satu Sura ini menjadi bentuk upaya melestarikan dan memperkuat tradisi budaya Jawa. Seiring dengan itu, perayaan ini juga bisa menjadi daya tarik wisata budaya,” ujar Menteri Pariwisata.

Baca Juga: Rute Langsung AirAsia Adelaide-Bali Dorong Pariwisata Nasional dan Perkuat Hubungan Australia-Indonesia

Malam Satu Sura dalam penanggalan Jawa dianggap sebagai waktu suci yang sarat nilai spiritual. Perayaan ini melambangkan penyucian batin, perenungan, serta pengharapan akan tahun baru yang penuh keselamatan.

Prosesi dimulai dengan Kirab Pusaka, sebuah arak-arakan benda-benda pusaka keraton yang dipercaya memiliki nilai sejarah dan kekuatan spiritual. Prosesi ini dipimpin langsung oleh GPH Paundrakarna Jiwo Suryonegoro, salah satu tokoh penting di lingkungan Pura Mangkunegaran.

Ciri khas tahun ini adalah pemadaman total penerangan. Jalanan yang dilewati kirab gelap gulita, hanya diterangi lampu minyak dari peserta. Kondisi ini menambah kesan sakral dan mengajak peserta serta penonton merasakan ketenangan dalam ritual tersebut.

Baca Juga: Liburan Seru dan Ramah Lingkungan, Kampung Main Ajak Anak Jelajahi Desa Wisata

Para peserta juga melakukan Laku Tapa Bisu, sebuah ritual jalan kaki mengelilingi area pura tanpa bicara, tanpa alas kaki, dan tanpa gerakan lain. Ritual ini melambangkan keheningan dan keteguhan hati dalam menjalani kehidupan.

Pusaka-pusaka yang telah diarak kemudian dikembalikan ke tempat asalnya di Dalem Ageng. Acara dilanjutkan dengan tradisi rebutan air kembang bekas jamasan pusaka, yang diyakini membawa berkah.

Perayaan ini tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga magnet wisata budaya yang memperlihatkan kekayaan spiritual Jawa kepada dunia.**

Editor: Nurul Sakinah

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Opini: Potensi Besar Gen Z Memimpin Perubahan Sistemik

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:04 WIB
X