Ia berharap lulusan menjadi pemikir kritis, pemimpin etis, dan perwira yang siap menghadapi tuntutan digital.
Ketua DIKPI Kombes Pol Dedy Tabrani menyoroti kesenjangan antara pengembangan police science dan praktik akademik nasional.
Ia menyebut secara global police science belum diakui sebagai disiplin mandiri.
Namun kondisi tersebut dinilai sebagai peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan model yang lebih komprehensif.
Ia menilai kesinambungan kompetensi antara jenjang pendidikan perlu diperkuat.
Dr Dedy menegaskan reposisi ilmu kepolisian membutuhkan ekosistem ilmiah yang kuat.
Ia menyebut kurikulum konsisten, metodologi terukur, dan budaya riset merupakan fondasi penting.
Ia menilai Indonesia membutuhkan komunitas epistemik yang mampu menjadikan riset dasar kebijakan.
Prof Adrianus Meliala memaparkan perkembangan historiografi kepolisian global.
Ia menyebut dinamika kepolisian dibentuk perubahan masyarakat, teknologi, politik, dan relasi polisi komunitas.
Menurutnya pendidikan kepolisian Indonesia banyak merujuk model Amerika Serikat.
Ia menilai perlu penyesuaian agar lebih sesuai dengan kebutuhan sosial Indonesia.
Prof Adrianus menegaskan ilmu kepolisian harus bergerak mengikuti dinamika sosial dan bukan hanya pengetahuan teknis.
Sejarawan Dr G Ambar Wulan memaparkan perjalanan pendidikan kepolisian sejak era Hindia Belanda.
Ia menjelaskan bahwa berdirinya PTIK pada 1950 menjadi tonggak pengakuan Ilmu Kepolisian sebagai payung akademik.