Gus Yahya juga menyampaikan bahwa rapat harian Syuriyah tidak memiliki kewenangan untuk memberhentikan siapapun dari jabatan struktural.
Ia menyebut rapat tersebut bahkan tidak dapat memberhentikan fungsionaris lembaga, apalagi Ketua Umum PBNU.
Gus Yahya menilai proses rapat yang menghasilkan risalah pemecatan itu menutup ruang klarifikasi.
Ia menyebut keputusan yang langsung dijatuhkan sebagai hukuman tidak dapat diterima.
Sebelumnya, isu hubungan dirinya dengan Israel mencuat melalui risalah rapat yang beredar beberapa hari sebelum polemik pemecatan.
Menanggapi hal tersebut, Gus Yahya menyebut isu itu sebagai bentuk pemutarbalikan informasi publik.
Ia menjelaskan kembali cerita kunjungannya ke Israel pada 2018 yang pernah ia utarakan bertahun lalu.
Dalam lawatan itu, ia bertemu dengan Perdana Menteri Israel saat itu, Benjamin Netanyahu, serta sejumlah pejabat lain.
Gus Yahya menegaskan kisah perjalanan tersebut bukanlah rahasia dan telah disampaikan terbuka dalam Muktamar NU 2021.
Ia menyebut para peserta Muktamar sudah mengetahui rekam jejak lawatan tersebut ketika memilih dirinya sebagai Ketua Umum PBNU.
Dalam berbagai forum internasional sejak 2018, ia mengaku selalu menyuarakan dukungan bagi Palestina.
Gus Yahya menegaskan dirinya hadir di Yerusalem saat itu untuk menyampaikan posisi yang tegas membela Palestina.
Ia menyatakan komitmen itu tidak pernah berubah dan akan terus ia pegang dalam situasi apapun.
Dengan pernyataan tersebut, Gus Yahya menutup spekulasi mengenai dukungan terhadap Israel yang sempat ditujukan kepadanya.
Pantau terus www.Kabar24.id untuk mendapat info terbaru.
Artikel Terkait
Pelaku Usaha Sambut Penunjukan Irene Jadi Wakil Dubes RI di Beijing, Dinilai Bisa Genjot Investasi
Liburan Bebas Roaming? iPhone 17 Bundling IM3 Platinum Kini Hadir di Jakarta
BPS Buka Rekrutmen Mitra Statistik 2026, Begini Cara Daftarnya Lewat SOBAT BPS mitra.bps.go.id