Kondisi di dapur juga digambarkan sangat menantang dengan target ribuan porsi.
Ia mengaku harus mulai memasak sejak pukul 9 malam untuk 3.500 porsi makanan.
Proses pemorsian baru dimulai sekitar pukul 2 dini hari hingga menjelang pagi.
“Masak 3.500 porsi butuh waktu lama, makanya jam 2 mulai diporsikan,” ungkapnya.
Menurutnya, jumlah penerima manfaat terlalu banyak untuk ditangani satu dapur.
Distribusi makanan pun sering tidak maksimal sehingga kualitas jadi terkendala.
Makanan yang sudah dimasak lebih dari dua jam diterima dalam kondisi dingin.
Hal itu membuat bakteri mudah masuk karena tidak ada pemanas di mobil pengantar.
Ia menilai kondisi ini bisa memicu keracunan makanan seperti yang viral belakangan.
Akhirnya, perempuan tersebut memutuskan pamit dan menyatakan resign dari pekerjaannya.
Kisahnya pun mendapat banyak tanggapan warganet yang berharap ada evaluasi besar-besaran pada program MBG. ***
Artikel Terkait
Peristiwa Keracunan MBG Bertambah, Dugaan SOP Diabaikan, Mendagri Minta Pemda Untuk Bertanggung Jawab
Keracunan MBG Tembus 5.914 Korban, Prabowo Tegaskan Evaluasi
Ribuan Siswa Keracunan MBG Jadi Sorotan, Prabowo Panggil Kepala BGN
Ketua Banggar DPR Nilai SPPG Kewalahan, Usulkan Dapur MBG di Sekolah