Lebih dari sekadar patroli, kegiatan ini juga melibatkan interaksi dengan desa-desa di sekitar hutan. Koordinasi rutin dilakukan demi menjaga keharmonisan hubungan antara alam dan masyarakat sekitar.
Di balik lebatnya hutan primer dan semak yang dihiasi anggrek-anggrek liar seperti Anggrek Bulan, Vanda, dan Pholidota, konservasi tidak hanya bertumpu pada anggaran pemerintah, tetapi juga pada jalinan emosional antara manusia dan alam. Hubungan ini menjadi pondasi utama dalam mempertahankan ekosistem.
Baca Juga: Patrick Kluivert: “Saya Sangat Percaya Diri” Jelang Laga Krusial Lawan Tiongkok
“Konservasi bukan sekadar tugas negara. Ia hidup ketika masyarakat menjadikannya bagian dari budaya.”
Demikianlah pesan yang mengemuka dari kegiatan patroli tersebut. Keutuhan hutan Bawean saat ini masih bisa dijaga, namun kelestariannya di masa depan hanya akan bertahan bila ada keberpihakan yang nyata. Kolaborasi akan terus tumbuh apabila hutan dipandang sebagai rumah bersama, bukan sekadar aset negara semata.**
Artikel Terkait
Dana Desa 2025 Kabupaten Bener Meriah Capai Rp166,7 Miliar, Ini 10 Desa dengan Dana Tertinggi
Kolaborasi WOOK dan Letsvan Bawa Wakuku, Mainan Edukatif Penuh Cerita dan Budaya ke Tanah Air
Jumat Bersih di Kawah Ijen: “Ijen Rijig” Tutup Jalur dan Edukasi Lingkungan
Pelepasliaran Kucing Kuwuk di Gunung Raung: Kembalinya Predator Kecil ke Pelukan Alam