• Senin, 22 Desember 2025

Menjaga Rimba Bawean: Ketika Warga Menjadi Garda Terdepan Hutan Terancam

.
- Kamis, 5 Juni 2025 | 14:06 WIB

Kabar24.id - Di tengah sunyinya belantara Gunung Besar di Pulau Bawean, suara gesekan dedaunan terdengar nyaring ketika sekelompok orang melangkah perlahan menyusuri jalur berbatu.

Mereka bukanlah pendaki ataupun aparat dengan persenjataan lengkap, melainkan para relawan dari Masyarakat Mitra Polhut (MMP) Bawean Lestari, yang menjalankan misi besar menjaga kelestarian hutan pulau mereka.

Selama sepekan, tepatnya dari 24 hingga 31 Mei 2025, tim gabungan dari Seksi Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah III Surabaya dan MMP Bawean Lestari melakukan patroli intensif menggunakan metode SMART (Spatial Monitoring and Reporting Tool).

Baca Juga: Pelepasliaran Kucing Kuwuk di Gunung Raung: Kembalinya Predator Kecil ke Pelukan Alam

Mereka menyusuri ulang jalur lama sekaligus membuka rute-rute baru berdasarkan peta grid serta analisis risiko kawasan rawan gangguan. Tujuannya bukan sekadar berjalan kaki di rimba, tetapi untuk mendata keanekaragaman hayati, mencatat gangguan, dan memperkuat batas-batas kawasan konservasi yang ada.

Namun hasil patroli tersebut jauh dari melegakan. Tim menemukan tanda-tanda keberadaan Babi Kutil dan Rusa Bawean, bahkan sempat melihat burung elang ular Bawean, Kukuk Beluk, serta Madu Kelapa di langit dan semak belukar.

Tetapi ada temuan yang mengkhawatirkan: batang kayu jati yang sudah ditebang, dua tunggul pohon sisa penebangan, serta indikasi aktivitas tambang ilegal yang bersinggungan langsung dengan kawasan konservasi. Selain itu, air kawasan digunakan tanpa izin resmi dan patok batas kawasan dipindahkan dari lokasi aslinya.

Baca Juga: Jumat Bersih di Kawah Ijen: “Ijen Rijig” Tutup Jalur dan Edukasi Lingkungan

“Kami temukan beberapa pal batas dipindahkan jauh dari posisi asli,” ungkap Abdul Rahem.

Meskipun pelaku pelanggaran tidak tertangkap di lokasi, tim mencatat seluruh kejadian dengan dokumentasi menyeluruh menggunakan GPS, foto, dan laporan sesuai standar sistem SMART Patrol. Ini menunjukkan bahwa walaupun pelanggaran belum dalam skala besar, kawasan konservasi di Bawean tetap berada dalam ancaman yang nyata.

Di balik tantangan keterbatasan tenaga dan medan yang sulit dijangkau, partisipasi warga lokal menjadi penyangga terakhir dari sistem perlindungan alam ini.

MMP Bawean Lestari, meski belum memiliki status formal, menunjukkan peran penting masyarakat dalam upaya pelestarian. Mereka hanya berbekal semangat tinggi dan pelatihan teknis terbatas, namun mampu menyusun data keanekaragaman hayati dan ancaman secara rutin dan akurat.

Baca Juga: Kolaborasi WOOK dan Letsvan Bawa Wakuku, Mainan Edukatif Penuh Cerita dan Budaya ke Tanah Air

Tak hanya mengumpulkan data, MMP juga terlibat dalam penentuan jalur patroli, identifikasi spesies lokal, hingga mencatat temuan langsung di lapangan. Pengetahuan lokal yang mereka miliki menjadi kekuatan besar saat dipadukan dengan pendekatan ilmiah para petugas konservasi. Ini menciptakan kerja sama yang sangat dibutuhkan di era konservasi berbasis masyarakat.

Halaman:

Editor: Nurul Sakinah

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X