• Senin, 22 Desember 2025

Masjid Jogokarian Ubahlah Pola Pengelolaan, Dana Umat Harus Segera Disalurkan Hingga Saldo Nol Rupiah

.
- Jumat, 23 Mei 2025 | 23:53 WIB

Kabar24.id - Masjid Jogokarian Yogyakarta menciptakan gebrakan baru yang patut dicontoh oleh masjid lainnya. Mereka memperkenalkan gerakan saldo nol rupiah, sebuah pendekatan berani dalam pengelolaan dana umat agar lebih bermanfaat secara langsung.

Tradisi lama pengurus takmir yang sibuk mengumpulkan dana sedekah sering kali melupakan esensi sebenarnya: menyalurkannya untuk kepentingan umat.

Di sinilah letak perbedaan Masjid Jogokarian. Mereka tidak bangga dengan saldo kas yang tinggi, tapi dengan seberapa besar dampaknya terhadap warga sekitar.

Baca Juga: Mobil Listrik Wuling Masuk Panggung Musikal, Inovasi Seni dan Teknologi dalam Lutung Kasarung

“Banyak pengurus masjid kuwi (itu) malah bangga. Uang kas masjid ditumpuk-tumpuk sampai 1 milyar,” kata Haidar Muhammad Tilmitsani dalam podcast Sebat Dulu, YouTube Mojokdotco.

Sebagai pengurus aktif Masjid Jogokarian, Haidar telah memulai perubahan sejak 2005-2006. Dengan menyasar pemberian makanan buka puasa, awalnya hanya 150 hingga 300 porsi, kini bisa mencapai 3.500 porsi per hari menjelang 2025.

Program ini jelas menyedot dana besar. Namun bagi takmir Masjid Jogokarian, keberanian menghabiskan dana demi kesejahteraan masyarakat jauh lebih penting dibanding menyimpan dana dalam jumlah besar.

Baca Juga: One Run 2025 Sukses Gaet Ribuan Pelari, Hadiah Total Rp350 Juta Siap Diperebutkan

“Pengurus masjid ini jangan hanya mikir bagaimana mengumpulkannya, tapi gimana caranya menyalurkannya ke masyarakat. Lho kalau cuma dikumpulkan di bank, terus yang untung siapa?” tegas Sekretaris Masjid Jogokarian.

Gerakan saldo nol bukan sekadar jargon, tapi bentuk transformasi psikologis dan sosial. Ini mendorong perubahan cara berpikir, dari kebanggaan akan kemegahan fisik menuju nilai manfaat nyata di tengah umat.

Baca Juga: Bukan Lagi Camilan, Indomie Jadi Makanan Pokok di Nigeria Sejak 1995

Alih-alih membangun menara tinggi atau kubah besar, Masjid Jogokarian memilih membangun hubungan sosial dan kepercayaan masyarakat.

Melalui gerakan ini, mereka berharap semakin banyak takmir di Indonesia yang berpikir serupa.

Masjid yang hebat bukanlah yang paling megah, melainkan yang paling terasa manfaatnya bagi masyarakat.

Halaman:

Editor: Nurul Sakinah

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X