• Senin, 22 Desember 2025

Kontroversi Film 'Lemah Santet Banyuwangi': Dicap Merusak Reputasi Daerah

.
- Kamis, 6 Maret 2025 | 04:37 WIB
Kontroversi Film Lemah santet Banyuwangi, Ketua DPC PARFI Banyuwangi, Denny Sun'anudin
Kontroversi Film Lemah santet Banyuwangi, Ketua DPC PARFI Banyuwangi, Denny Sun'anudin

Kabar24.id - Rilisnya film Lemah Santet Banyuwangi, yang diproduksi oleh salah satu rumah produksi ternama di Jakarta, memantik reaksi keras dari masyarakat Banyuwangi, Jawa Timur. Film ini dianggap memberikan citra buruk yang berpotensi merusak nama baik daerah tersebut.

Menanggapi kontroversi ini, DPC PARFI (Persatuan Artis Film Indonesia) Banyuwangi menyuarakan protes lantang dan menolak keras keberadaan film tersebut.

Ketua DPC PARFI Banyuwangi, Denny Sun'anudin, menyatakan ketidaksetujuannya terhadap film itu. Menurutnya, trailer yang telah tersebar luas di media sosial menunjukkan gambaran yang merugikan citra Banyuwangi, yang selama ini telah dibangun dengan susah payah.

Baca Juga: Meraih Keberkahan Sahur: Doa dan Keutamaannya di Bulan Ramadan

"Banyuwangi telah berusaha menciptakan reputasi positif, tetapi semua itu terancam oleh keegoisan pembuat film Lemah Santet Banyuwangi. Kami menghargai seni sebagai bentuk ekspresi kreatif, tetapi seharusnya tetap memperhatikan moral dan etika yang dijunjung tinggi," ungkap Denny dengan nada tegas.

Lebih lanjut, Denny menyoroti kejanggalan dalam alur cerita film tersebut, yang ternyata diadaptasi dari sebuah thread di media sosial X (sebelumnya Twitter) milik Jeropoint. Thread tersebut membahas tragedi pembantaian dukun di Banyuwangi pada tahun 1998, yang sejatinya merupakan bagian dari dinamika politik yang lebih kompleks dan menjadikan Banyuwangi sebagai korban.

"Masyarakat harus memahami bahwa tragedi 1998 di Banyuwangi bukan hanya tentang dukun, tetapi juga banyak guru ngaji yang menjadi korban. Penulis skenario tampaknya kurang melakukan riset mendalam dan memahami konteks sejarah yang sebenarnya. Jangan sampai ambisi keuntungan dan popularitas justru mencoreng nama baik Banyuwangi," ujarnya dengan kritis.

Baca Juga: Dikenal Tukang Huru Hara, Ini Deretan Kasus Hukum yang Pernah Menjerat Nikita Mirzani

Denny juga mengkritik kesalahan dalam pemaknaan istilah "santet" dalam film tersebut. Menurutnya, setiap daerah memiliki istilah dan makna yang berbeda terkait hal ini. Dalam budaya Banyuwangi, santet lebih berkaitan dengan ilmu pengasihan atau mahabah, yang memiliki makna cinta dan kasih sayang, bukan ilmu hitam yang digunakan untuk mencelakai orang lain.

"Jika merujuk pada tradisi Banyuwangi, istilah santet lebih bermakna energi positif. Sedangkan praktik yang bertujuan menyakiti orang lain lebih tepat disebut sebagai tenung atau sihir," jelasnya.

Baca Juga: Aksi Perang Sarung di Banyuwangi Nyaris Chaos, Empat Remaja Diamankan

Dengan pemahaman tersebut, Denny mendesak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi serta Dewan Kesenian Blambangan (DKB) untuk segera mengambil langkah tegas terhadap film Lemah Santet Banyuwangi.

"Disbudpar dan DKB harus segera bersikap dan mengajukan keberatan resmi kepada pihak rumah produksi. Jika perlu, ajukan protes ke Lembaga Sensor Film (LSF) agar film ini tidak lolos sensor dan tidak bisa tayang di bioskop-bioskop di Indonesia," tutupnya dengan penuh harapan. **

Editor: Nurul Sakinah

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X