Sebagai seorang dokter, ia juga menekankan keseimbangan antara tubuh dan jiwa. Tubuh yang sehat memberi energi, tetapi jiwa yang tenang memberi arah.
“Jiwa adalah kesempurnaan, dan tubuh hanyalah wadahnya,” tegas Ibnu Sina.
Ia percaya bahwa kecerdasan manusia tidak lahir hanya dari pengetahuan yang dikumpulkan, melainkan dari kemampuan jiwa untuk menerima dan mengolah kebenaran.
Pemikiran Ibnu Sina ini jauh mendahului zamannya. Ia telah berbicara tentang pentingnya mindfulness dan kesadaran penuh sebelum istilah itu dikenal dunia.
Ia telah menyarankan manusia untuk mengenali diri sendiri, mengelola dorongan hati, dan membangun ketenangan batin agar pikiran bekerja maksimal.***