Pabrik ini bahkan memiliki bioskop yang sempat dikunjungi aktor legendaris Charlie Chaplin.
Pada masa penjajahan Jepang, rumah dan hartanya dijarah, keluarganya diasingkan. Setelah bebas, mereka membangun kembali pabrik dan rumah dari nol. Setelah Sampoerna wafat pada 1956, putranya Aga melanjutkan perusahaan.
Presiden Soekarno terkenal sebagai penggemar Dji Sam Soe. Ia menyatakan bahwa rokok ini lebih lezat dibandingkan State Express 555 setelah mencobanya sehabis makan.
Tak hanya itu, nama-nama besar dunia seperti Michael Jackson dan Muhammad Ali juga diketahui menggemari rokok Dji Sam Soe.
Dji Sam Soe 234 membuktikan keunggulannya atas dua produk British American Tobacco: State Express 555 dan Perilly’s. Persaingan ikonik ini dikenal sebagai "234 (Philip Morris) vs 555 (BAT)" dan "234 Super Premium (Philip Morris) vs Perilly's (BAT)".
Baca Juga: PPATK: Ada Dua Cara Membuka Rekening Bank Terblokir Massal yang Diduga Terkait Judolwarisan
Aga mendirikan PT HM Sampoerna tahun 1963. Di bawah pengelolaannya, produksi meningkat hingga jutaan batang rokok per hari. Pendekatan bisnis yang tegas dan efisien membuat perusahaan tumbuh dengan cepat.
Tahun 1977, generasi ketiga, Putera Sampoerna, mengambil alih dan membawa modernisasi dalam distribusi dan sistem kerja. Ia membangun pabrik seluas 153 hektar dan memperluas bisnis ke berbagai sektor.
Baca Juga: Modus Polisi Gadungan: Komplotan Perampas Harta Warga Banyuwangi Dibekuk Polisi
Michael Sampoerna, anak dari Putera, kini melanjutkan bisnis ini. Putera Sampoerna pernah berkata, “Seluruh produk kami dibuat dengan menjunjung tradisi dan keunggulan mutu.”
Keunggulan cita rasa dan konsistensi mutu menjadikan Dji Sam Soe dikenal sebagai produk premium. Pada 2005, perusahaan ini dibeli oleh Philip Morris, produsen rokok global asal Amerika.**