Perang di Palestina sudah terjadi sejak lama.
"Untuk memperjuangkan perdamaian itu, seperti kata pepatah, kalau politik sudah enggak bisa, maka kita menggunakan seni,” katanya dalam diskusi bertajuk “Cerita dari Palestina” di Masjid Istiqlal, Jakarta.
Inayah menyebutkan, film menjadi salah satu medium paling efektif untuk menyampaikan pesan-pesan penting dari perjuangan dan Palestina.
“Di Madani Film Festival itu, kita dapat memberikan panggung bagi mereka (sineas Palestina) untuk bisa lebih banyak bicara,” ujar dia.
Menurutnya, salah satu cara mendukung para korban di Palestina adalah dengan memberikan ruang bagi para korban untuk turut berbicara dan menyuarakan apa yang menjadi keresahan mereka.
Baca Juga: Bagi Presiden Prabowo Subianto Sektor Pendidikan Prioritas Tinggi
“Kita enggak tahu kondisinya seperti apa. Jadi kita perlu memberikan ruang supaya mereka yang bercerita langsung, sehingga banyak orang yang tahu, karena akan berbeda konteksnya kalau yang menjawab orang Indonesia atau orang Palestina-nya langsung, bagaimana mereka meletakkan identitasnya. Itu sudut pandang-sudut pandang yang mungkin tidak bisa kita lihat di tempat lain,” paparnya.
Sedangkan Sastrawan asal Palestina yang menulis buku berjudul “A Diary of Genocide” Atef Abu Saif mengatakan banyak permasalahan psikologis yang ditimbulkan akibat perang.
Baca Juga: Harapan Pemberantasan Korupsi, Pekan Depan RUU Perampasan Aset Dibahas
Di tengah perang yang sedang terjadi, kebudayaan menjadi salah satu solusi untuk tetap memberikan optimisme kepada anak-anak tentang kemerdekaan dan masa depan yang lebih baik.
“Mari tetap optimis mereka akan mendapatkan masa depan yang lebih baik, sehingga melalui literasi dan kebudayaan itu memainkan peran penting, termasuk melalui film, teater, dongeng, animasi, atau lukisan,” paparnya.
Artikel Terkait
Pemda Harus Sesuaikan Standar Harga Satuan dalam APBD
Rusia Ikut Kerahkan Angkatan Laut ke Surabaya
Rapat Kabinet Perdana, Prabowo Minta Para Menteri Kurangi Acara Seremonial dan Perjalanan Luar Negeri