Kabar24.id -- Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jember menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dengan pakar lingkungan. Kegiatan itu bertema "Pengaruh Film Sci-Fi terhadap Kepedulian Lingkungan Gen-Z" pada 10 Oktober 2024. 30 mahasiswa terpilih dari 500 mahasiswa yang mendaftar dari berbagai perguruan tinggi di Jawa Timur akan menghadiri acara, yang berlangsung mulai pukul 08.00 hingga 13.00.
Tiga pembicara utama—Achmad Ridhlo Ilwafa dari Institut Sajogyo, Romdhi Fatkhurosi dari Program Studi Televisi dan Film FIB Unej, dan Riyadi Ariyanto dari Sekolah Alam Raya—menghadiri diskusi ini. Acara dibuka oleh Prof. Dr. Nawiyanto, M.Hum, Wakil Dekan I FIB Unej.
Dalam sambutan pembukaannya, Prof. Nawiyanto menekankan bahwa pemanasan global dan masalah lingkungan lainnya telah lama menjadi perhatian dunia. Dia memuji keterlibatan Gen Z dalam fokus topik ini dan menekankan bahwa generasi muda sangat penting untuk masa depan lingkungan. "Film sci-fi sudah lama memberikan sinyal tentang masalah ini, tetapi dampaknya terhadap kesadaran lingkungan kita masih belum memadai." Kami perlu melakukan penyelidikan lebih lanjut dari perspektif film dan penonton, terutama Gen Z," katanya.
Baca Juga: Pakar Kobe University: Di Jepang Pemberlajaran Bencana Mulai TK hingga SMA
Achmad Ridhlo Ilwafa, pembicara pertama, mengatakan bahwa manusia seringkali memprioritaskan hal lain ketika menghadapi dampak buruk terhadap lingkungan. Dia mengatakan bahwa manusia terlalu fokus pada polusi udara dari kendaraan bermesin tetapi tidak menyadari polusi yang ditimbulkan oleh industri peternakan. Dia bertanya, "Saat kita berbicara tentang energi bersih, ekonomi hijau, dan konsumsi ramah lingkungan, apakah kita juga mempertimbangkan dampak negatifnya bagi pihak lain?"
Dalam paparannya, Romdhi Fatkhurosi mengatakan bahwa film tentang lingkungan bertema lingkungan telah ada sejak tahun 60-an, tetapi kerusakan alam masih terjadi. Menurutnya, meskipun Gen Z telah melakukan hal-hal nyata untuk menjaga lingkungan, upaya mereka tidak sebanding dengan dampak negatif industri.
Untuk saat ini, Riyadi Ariyanto menceritakan pengalamannya mengelola Sekolah Alam Raya, sebuah komunitas pendidikan informal yang berfokus pada tindakan nyata untuk lingkungan. Dia menekankan pentingnya mengambil tindakan yang paling memungkinkan tanpa menyalahkan generasi sebelumnya. "Di Sekolah Alam Raya, kami menularkan semangat untuk berbuat nyata, mulai dari langkah kecil di tingkat lokal hingga berbicara di forum internasional." Menurutnya, semua dimulai dengan hal-hal sederhana untuk lingkungan.
Baca Juga: Delegasi Universitas Jember Hadiri Ajang CUPT-CRISU di Thailand
Sesi tanya jawab berlangsung dengan baik dan banyak orang yang bertanya. Anis bertanya apakah film fiksi ilmiah juga dapat mengubah pemikiran para pembuat film tentang lingkungan.
Artikel Terkait
10 Tahun Kepemimpinan Jokowi, Lima Polda Terbentuk, Papua Barat Daya Terakhir
Polisi AmankanĀ Penodong Airsoft Gun Glock 22 Gen 4 Kepada Sopir Ambulance di Sumenep
Pemkab Banyuwangi Pastikan Wisaman Asal Belgia Korban Jambret Aman
Polisi Tangkap Terduga Pelaku Pelecehan Dua Siswi SMP di Surabaya
Kalender November 2024 Lengkap Weton Jawa dan Hari Nasional, bisa untuk Hajatan
Koalisi Gemuk, Ini Diduga Ada 46 Kementerian Prabowo-Gibran 2024-2029