Kabar24.id - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi kembali melontarkan kritik pedas terkait fenomena studi tour mahal yang membebani orang tua siswa. Dalam podcast Close The Door bersama Deddy Corbuzier, ia mengungkap kekhawatiran atas praktik kegiatan sekolah yang justru menggerus esensi pendidikan.
“Studi tour sekarang bukan studi, tapi piknik biasa. Mengunjungi tempat wisata. Tidak ada unsur edukasinya yang benar-benar terasa,” ungkap Dedi, dengan nada prihatin.
Menurutnya, studi tour yang awalnya bertujuan sebagai pelengkap pembelajaran kini justru menjadi simbol kemewahan. Biaya yang harus dikeluarkan sangat besar, bahkan tak sedikit orang tua yang harus berutang demi mengikuti kegiatan tersebut.
Baca Juga: Kayla Zahra Wakili Jatim, 75 Siswa Banyuwangi Ditempa Jadi Paskibraka Tangguh
Ia menceritakan kisah nyata seorang ibu yang harus mengeluarkan Rp4 juta—setara USD 258 (kurs Rp15.500 per dolar AS)—untuk mengikutsertakan anaknya dalam studi tour sekolah.
Karena tidak punya cukup uang, sang ibu pun meminjam ke bank emok, sebuah rentenir desa yang berkedok koperasi. Pinjam Rp1 juta, hanya menerima Rp900 ribu, tapi harus mencicil dengan bunga 10 persen. “Bayangkan, untuk kegiatan seperti itu, orang tua harus terjerat utang,” keluh Dedi.
Ia mempertanyakan mengapa sekolah justru mendorong kegiatan wisata, sementara kondisi lingkungan pendidikan mereka sendiri belum layak.
Baca Juga: Kepiting Asap Warimak: Inovasi Mahasiswa UNEJ untuk Bangkitkan Ekonomi Pesisir Raja Ampat
“Sampah di sekolah tidak terurus, selokan hitam, masuk kelas pun tidak bisa baris. Tapi mereka malah diajak jalan-jalan jauh,” katanya.
Tak hanya soal biaya dan prioritas sekolah, Dedi juga menyinggung pergeseran nilai dalam hubungan orang tua dan anak. Menurutnya, kini anak-anak justru lebih berkuasa, menuntut orang tua membeli barang-barang konsumtif.
“Anak yang memaksa orang tuanya beli HP, anak yang maksa beli motor. Hari ini terbalik, orang tua di bawah kendali anak,” jelas Dedi.
Baca Juga: Promo KAI Sambut JFC 2025: Diskon 10 Persen Tiket Kereta Api ke Jember
Dedi juga menyoroti gaya hidup pejabat yang kerap pergi ke luar negeri dengan dalih studi banding, padahal tidak memberikan manfaat konkret bagi masyarakat.
“Loh, jalan-jalan boleh. Tugas gubernur ya memang jalan-jalan keliling Jawa Barat, lihat keadaan rakyatnya,” kata Dedi. “Yang enggak boleh itu jalan-jalan ke luar negeri pakai dana negara.”
Artikel Terkait
Heboh! Bendera Belanda Muncul di Perahu Nelayan Puger, Aparat Langsung Turun
Promo KAI Sambut JFC 2025: Diskon 10 Persen Tiket Kereta Api ke Jember
Kepiting Asap Warimak: Inovasi Mahasiswa UNEJ untuk Bangkitkan Ekonomi Pesisir Raja Ampat
Kayla Zahra Wakili Jatim, 75 Siswa Banyuwangi Ditempa Jadi Paskibraka Tangguh