Kabar24.id – Para kiai di Indonesia, meskipun sering terlihat sederhana dengan pakaian sehari-hari, memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang ajaran Islam dan mampu mengadaptasikannya dengan baik dalam konteks budaya Nusantara.
Hal itu disampaikan Ngatawi Al-Zastrouw, seorang budayawan, yang memberikan pandangannya tentang pemahaman Islam di Indonesia.
Seperti dilansir ANTARA, Budayawan Ngatawi Al-Zastrouw menekankan pentingnya untuk mempelajari ajaran agama dengan khidmat sekaligus memahami tradisi budaya lokal agar bisa membedakan hal yang relevan dan tidak, sehingga bisa menghindari terjebak ke dalam paham radikal.
Baca Juga: Forum Bisnis BPOM - Bank Mandiri, Upaya Peningkatan Kapasitas UMKM Pangan dan Obat
“Kita harus mempelajari ajaran-ajaran Islam itu sesuai ilmunya. Kalau tidak sesuai ilmunya, maka akan terjebak pada formalisasi simbol-simbol keagamaan tanpa memahami substansi sebenarnya,” kata Zastrouw sebagaimana keterangan tertulis diterima di Jakarta, Kamis.
Zastrouw mengatakan, Islam masuk dan berkembang di Indonesia karena ulama ketika itu mampu memahami ajaran agama sesuai visi, misi, dan substansinya. Dengan begitu, Islam diterapkan di Nusantara tidak bertabrakan dengan kultur yang ada.
Ia menyoroti euforia tampilan kearab-araban yang marak belakangan ini. Menurut dia, hal tersebut bersumber pada kedangkalan pemahaman terhadap ajaran Islam karena penggunaan atribut maupun istilah yang serba Arab bukan berarti seseorang menjadi semakin Islami.
Baca Juga: Pjs Bupati Jember Bicarakan Sanksi Bagi Warga Tak Segera Urus Adminduk
“Fenomena seperti ini sebenarnya mencerminkan kedangkalan dalam memahami ajaran-ajaran Islam yang kemudian diekspresikan dengan laku budaya yang Arab sentris,” ujarnya.
Zastrouw mengatakan, Muslim sudah seharusnya memiliki kemampuan rekonstruksi terhadap tafsir ajaran Islam, sehingga mampu diamalkan di Indonesia tanpa bertabrakan dengan kultur setempat.