BNPB memutuskan untuk mengirim tentara berjalan kaki untuk membawa bantuan secara langsung kepada warga yang terjebak.
Sebanyak 50 personel disiapkan dengan ransel berisi air, beras, dan makanan untuk menjangkau lokasi tersebut.
Rombongan akan bergerak pada Minggu pagi untuk memenuhi kebutuhan warga yang sudah berhari-hari kekurangan logistik.
Selain jalur darat, bantuan juga dikirimkan lewat udara menggunakan satu helikopter besar milik Kodam Bukit Barisan.
Bantuan tersebut dijatuhkan langsung ke titik-titik warga yang tidak bisa dijangkau jalur darat.
Menurut Suharyanto, langkah ini diambil agar warga tetap mendapatkan kebutuhan dasar sambil menunggu akses jalan terbuka.
Ia juga mengungkapkan bahwa Wali Kota Sibolga sempat terjebak di area akses yang terputus tersebut.
Wali Kota dilaporkan harus berjalan satu hari penuh di medan terjal untuk kembali menuju Sibolga.
Jarak yang diperkirakan masih mencapai 20 kilometer membuat proses evakuasi dan pergerakan menjadi sangat sulit.
Kota Sibolga saat ini masih terisolir dan tidak bisa terhubung ke Tapanuli Tengah melalui jalur darat.
Pengiriman bantuan untuk Sibolga hanya dapat dilakukan melalui laut dan udara.
Sementara Tapanuli Tengah masih dapat diakses darat apabila bantuan dikirim melalui rute Pinangsori.
BNPB memastikan operasi udara akan terus dilakukan hingga kondisi lokasi bencana berangsur membaik.
Suharyanto menyatakan bahwa masa tanggap darurat akan diperpanjang sesuai kebutuhan situasi di lapangan.
Hingga Sabtu sore 29 November 2025, terdapat 600 kepala keluarga yang mengungsi di satu titik pengungsian Tapanuli Utara.