news

Ahli MKD Sebut Video Joget DPR Picu Aksi karena Narasi Salah di Medsos

Senin, 3 November 2025 | 17:16 WIB
Ismail Fahmi saat memberikan kesaksian soal efek narasi salah di media sosial dalam sidang MKD. (Foto YouTube TV Parlemen)

Kabar24.id – Ahli media sosial Ismail Fahmi menilai aksi demonstrasi dan penjarahan rumah anggota DPR RI beberapa waktu lalu terjadi akibat narasi menyesatkan di media sosial.

Ia menjelaskan, penyebab kemarahan publik berawal dari potongan video anggota DPR RI yang berjoget saat Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD pada 15 Agustus 2025.

Baca Juga: Pengeboran Emas PT BSI Semakin Meluas, Warga Banyuwangi Lakukan Blokade

Video tersebut dinarasikan seolah anggota dewan berjoget karena merayakan kenaikan gaji, dan kemudian menyebar luas di berbagai platform media sosial.

“Yang bikin masyarakat tersentuh itu bukan soal nominal gajinya, tapi karena joget-joget pas naik gajinya,” ujar Ismail saat menjadi saksi dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin, 3 November 2025.

Baca Juga: Pengelola Tambang Emas Tumpang Pitu Banyuwangi Diduga Tertutup soal Dana CSR

Menurutnya, narasi soal kenaikan gaji di tengah kondisi ekonomi sulit mudah sekali memancing emosi publik.

“Mau Rp1 juta atau Rp3 juta, kecil bagi sebagian orang, tapi bagi masyarakat sudah dianggap kenaikan yang besar,” lanjutnya.

Ismail menilai narasi yang dibangun di media sosial sengaja diarahkan untuk menimbulkan kemarahan dan memperkeruh suasana.

Ia mendorong DPR RI untuk segera melakukan klarifikasi agar persepsi yang salah di publik dapat diluruskan.

“Narasi yang menempel di masyarakat itu harus diluruskan. Misalnya dijelaskan kalau jogetnya bukan karena naik gaji,” ucapnya.

Ismail menambahkan, klarifikasi sebaiknya disampaikan dengan cara yang juga menyentuh emosi masyarakat agar lebih mudah diterima.

Ia mencontohkan bahwa aksi berjoget itu bisa dijelaskan sebagai bentuk spontanitas menghargai penampilan musik dan tari daerah saat sidang berlangsung.

“Kalau klarifikasinya bisa menyentuh emosi, emosinya masyarakat juga bisa berbalik jadi simpati,” tutup Ismail. ***

Tags

Terkini