khasanah

Daya Beli Masyarakat Turun Islam Sebagai Solusi Utama

Sabtu, 26 April 2025 | 13:21 WIB

Opini, Kabar24.id - Daya beli masyarakat mengalami penurunan menjadi fenomena yang semakin meluas diberbagai wilayah di Indonesia. Berkurangnya daya beli ini menggambarkan tekanan ekonomi yang serius dihadapi oleh masyarakat. Bahkan melemahnya daya beli ini berdampak diberagam lapisan masyarakat dari para ekonom sampai pelaku usaha pada pasca hari Raya Idul Fitri 2025.

Pasca hari Raya Idul Fitri 1446 hijiriah para pedagang di pasar Impres kota Lhokseumawe mengeluh dengan minimnya daya beli masyarakat hal tersebut di sampaikan Rahmatsyah Fungsional Penyuluh Disperindagkop UKM kota Lhokseumawe Saat Dialog Pagi di Pro-1 Kamis (10/4/2025) Menurut Rahmatsyah para pedagang di pasar impres menyampaikan kepihak nya selepas lebaran ini daya beli masyarakat agak berkurang, Rahmatsyah menilai menurun nya daya beli ini di sebab kan belum optimal nya ekonomi masyarakat setelah banyak nya pengeluaran yang harus di gunakan pada Lebaran lalu. (RRI.co.id, 19/4/2025)

Baca Juga: Cara Rosulullah Muhammad SAW Membahagiakan Istrinya

Perekonomian di Indonesia kondisinya sedang tidak baik-baik saja yang menyebabkan masyarakat tampak semakin berhemat. Fenomena daya beli melemah menjadi peringatan pemerintah untuk lebih menjaga jual beli agar tetap stabil. Dimana daya beli yang terus menerus mengalami penurunan akan berpengaruh terhadap harga jual barang. Hal ini yang akan berdampak pada pendapatan pelaku usaha seperti hasil survei konsumen Bank Indonesia (BI).

Optimisme konsumen menurun pada Maret 2025. Hasil survei konsumen BI menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Maret 2025 sebesar 121,1, turun 5,3 poin dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 126,4. Ekonom Senior Samuel Sekuritas Indonesia (SSI) Research, Fithra Faisal Hastiadi, menilai bahwa penurunan IKK pada Maret ini menandai penurunan bulanan ketiga berturut-turut, sekaligus menjadi level terendah sejak Oktober 2024. (Kontan.co.id, 22/4/2024)
Daya beli masyarakat yang mengalami penurunan harus dipandang dalam berbagai konteks keadaan perekonomian semakin memburuk. Kondisi ini mempersulit ruang gerak pada masyarakat untuk melaksanakan komsumsi. Peristiwa penuruanan daya beli ini terjadi di berbagai daerah di Indonesia termasuk DKI Jakarta yang mengalaminya.

Ada banyak faktor yang menjadi penyebab menurunnya daya beli masyarakat diantaranya adalah maraknya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), naiknya harga-harga bahan pokok, beban utang rumah tangga meningkat dan lain-lain. Belum lagi ditambahnya dinamika dan kebijakan yang diterapkan dalam negeri. Dimana kondisi perekonomian yang belum kondusif dan tekanan biaya hidup semakin memperparah.

Selain itu juga pengaruh dari lemahnya ekonomi secara global secara tidak langsung akan berdampak domino terhadap sektor domestic. Tekanan ekonomi membuat masyarakat turut memutar otak untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Apalagi belanja saat ini bisa dilakukan secara online hingga paylater dianggap memudahkan bagi mereka.

Adanya paylater semakin mendorong arus konsumerisme membuat gaya hidup lebih boros untuk membeli barang-barang yang seakan tidak dibutuhkan. Masyarakat juga tidak sedikit yang berutang dengan memanfaatkan paylater (pembayaran nanti) dalam belanjanya. Paylater yang marak saat ini berbasis ribawi, yang haram dalam pandangan alih-alih menyolusi justru berpotensi menambah beban masalah masyarakat, dan menambah dosa yang akan menjauhkan keberkahan.

Segala permasalahan yang terjadi tidak bisa dilepaskan dari dampak penerapan penerapan sistem kapitalisme yang tujuan utamanya lebih mengutamakan pada pertumbuhan ekonomi saja.

Pengaruh sistem kapitalisme juga mengakibatkan besarnya arus budaya konsumerisme dan kebahagiaan diukur dengan standar materi. Hal ini tanpa memperhatikan masyarakat apakah sudah mampu atau belum untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Berbeda dengan sistem Islam yang bertanggung jawab secara keseluruhan dalam mengurus dan mensejahterakan umat sampai merata. Dimana Islam akan menutup celah budaya konsumerisme karena ada pertanggungjawaban di hadapan Allah swt. Apabila sistem kapitalisme tidak bisa menjaga daya beli masyarakat agar tetap stabil justru Islam mampu untuk mewujudkannya.

Sistem ekonomi Islam memiliki mekanisme untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat secara individu per individu. Negara akan menjamin kebutuhan setiap orang dengan menyediakan lapangan pekerjaan bagi laki-laki dewasa sehingga bisa mencukupi kebutuhan keluarganya. Apabila ada keluarga yang tidak mampu baik sakit atau cacat maka negara yang bertanggung jawab.

Di dalam sistem Islam menjamin seluruh kebutuhan public agar bisa dijangkau secara merata oleh masyarakat. Adapun kebutuhan public seprti kesehatan, pendidikan dan keamanan akan dipenuhi oleh negara. Fasilitas tersebut disediakan secara gratis agar dapat diakses secara merata tanpa diskriminalisasi berdasarkan kemampuan ekonomi oleh setiap orang.

Selain itu, sistem Islam mengharamkan dengan segala praktik bentuk ribawi maka akan dihapuskan demi menjaga rakyat jauh dari keharaman. Masyarakat juga terbebaskan dari beban utang yang berbunga yang selama ini menjadi salah satu penyebab melemahnya daya beli. Adapun sistem keuangan yang diterapkan dengan berbasis ekonomi riil buka terhadap pasar uang ataupun spekulasi. Sehingga masyarakat akan terbentuk ketakwaannya sehingga standar bahagia pun bukan dari sisi materi tapi karena mendapatkan rida Allah swt. ***

Penulis: Ernita 

Tags

Terkini

Bagaimana Pandangan Islam Terhadap Inses?

Rabu, 21 Mei 2025 | 19:35 WIB

dr Aisyah Dahlan: Bahasa Kasih Sayang Hadiah

Kamis, 10 April 2025 | 05:13 WIB