Ia menyebut sang anak kerap menirukan peristiwa kekerasan yang pernah dilihat.
Jessica juga mengungkap dugaan insiden kekerasan terhadap anak yang terjadi pada 2016.
Saat itu, mantan suaminya membawa anak mereka yang merupakan anak berkebutuhan khusus ke sebuah pusat perbelanjaan.
Sepulang dari lokasi tersebut, Jessica mengaku mendapati kondisi anaknya dengan mata lebam.
Ia menilai tindakan tersebut dipicu kemarahan mantan suaminya karena anak mengalami tantrum di tempat umum.
Jessica menyebut tantrum merupakan respons wajar pada anak dengan kondisi khusus.
Pengakuan ini memicu reaksi keras warganet yang membaca kronologi tersebut.
Persoalan hukum berlanjut hingga proses perceraian pada 2024.
Jessica menyebut perceraian diputus secara verstek karena ia tidak pernah menerima informasi persidangan.
Ia menilai putusan tersebut tidak adil dan merugikan dirinya.
Dalam pengakuannya, Jessica juga menyebut adanya dugaan pemalsuan akta pernikahan oleh mantan suaminya.
Hal tersebut membuat status pernikahan mereka dipertanyakan secara hukum.
Meski demikian, Jessica mengaku mantan suaminya tetap menuntut pembagian harta.
Ia menyebut tuntutan tersebut mencakup seluruh penghasilannya serta tabungan masa depan anak.
Jessica juga mengungkap teror psikologis yang disebut masih berlangsung hingga Januari 2025.